Rabu, 28 September 2011

Post Strukturalisme


POST STRUKTURALISME


Strukturalisme dibangun atas prinsip Saussure bahwa bahasa sebagai sebuah sistem tanda harus dilihat ke dalam tahapan tunggal sementara (single temporal plane). Aspek diakronis bahasa, yakni bagaimana bahasa berkembang dan berubah dari masa ke masa, dilihat sebagai bagian yang kurang penting. Dalam pemikiran post strukturalis, berpikir sementara menjadi hal yang utama.
Tokoh utama yang paling berpengaruh pada era kritik sastra post-strukturalis adalah seorang filsuf perancis Jacques Derrida. Selain itu, buah karya pemikiran psikoanalis Jacques Lacan dan ahli teori kebudayaan Michael Foucault juga berperan penting dalam kemunculan post strukturalisme tersebut.
Derrida menekankan “logosentrime” (berpusat pada logos) pemikiran barat bahwa makna dipahami sebagai independensi bahasa yang dikomunikasikan dan tidak tunduk pada permainan bahasa. Derrida sepakat dengan Saussure bahwa bahasa merupakan produk yang berbeda antar penanda, tapi dia berpikir melampaui Saussure dalam menegaskan bahwa dimensi sesaat (temporal dimension) tak dapat ditinggalkan.
Derrida menilai bahwa Saussure tak dapat membebaskan dirinya dari pandangan logosentris, sejak ia mengunggulkan bahasa di atas tulisan. Derrida percaya bahwa penanda (signs) dan petanda (signified) dapat digabung ke dalam tahapan yang sama dalam praktek tindak tutur (act of speaking).
Derrida menyerang pandangan logosentrisme dan menilai bahwa tulisan merupakan model yang lebih baik untuk memahami bagaimana bahasa berfungsi. Dalam tulisan, penanda selalu produktif, mengenalkan aspek sesaat ke dalam penandaan yang menentukan berbagai penggabungan antara sign dan signified.
Perumusan dasar “differance” Derrida disusun dengan mempermainkan pada kata perancis ‘difference’, yang dapat berarti ‘pertentangan’ dan “penundaan”, merusak logonsentrisme dengan menyatakan bahwa makna tak pernah dapat mewakili seluruhnya karena makna tersebut selalu ditangguhkan. Praktik “dekonstruksinya " ini berdasar pada teks yang dia teliti yang berpengaruh besar pada kritik sastra, misalnya pada New Criticsm.
Essainya yang berjudul “Structure, Sign, and Play in the Discourse of the Human Sciences” , pertama kali disampaikan di John Hopkins University pada tahun 1966, sangat berpengaruh dalam teori kritik sastra.
Essay Roland Barthes, “The Death of the Author” pertama kali dipublikasikan pada tahun 1968, mengadopsi sebuah pandangan tekstual bahasa dan makna secara radikal dan dengan jelas menunjukkan perannya dalam post strukturalis.
Pemikiran post strukturalis juga berkembang di di Amerika pada tahun 1970-an, khususnya di kalangan kritikus yang tinggal di Yale, atau disebut para dekonstrusionis Yale. Teoritikus terkemuka Yale adalah Paul de Man yang berpendapat bahwa teks sastra telah tergabung dengan “pertentangan” Derrida.
De Man berpendapat bahwa ada devisi radikal dalam teks sastra antara gramatikal atau struktur logika bahasa dan aspek retorisnya. Hal ini menciptakan sebuah signifikansi (penandaan) dalam teks sastra yang pada akhirnya tak dapat ditentukan. De Man berpendapat bahwa sastra digabungkan oleh permainan (play) yang tak dapat ditentukan secara gramatikal dan retoris dalam teks dan tidak dengan pertimbangan estetis.
Edward W Said menerima pandangan post strukturalis tapi menolak pada apa yang dia lihatnya sebagai pendekatan tekstual sempit ala Derrida. Dia berpendapaat bahwa karya Foucault memungkinkan kritik sastra melampaui dimensi sosial dan politis teks.
Kritik budaya oleh Hal Foster menandai peralihan dari modern menuju ke post modern. Peralihan ini melalui dua ide yang secara langsung diambil dari kritik sastra dan budaya Roland Barthes.  Beberapa orang akan beranggapan sulit untuk membedakan antara strukturalisme dan post strukturalisme. Dalam essainya “ ( Post ) Modern Polemics “ dia menghubungkan pekerjaan struktural dengan kestabilan dari komponen – komponen tanda, sedangkan teks poststrkturalisme mencerminkan pembubaran dari tanda dan pelepasan dari penanda. Kemudian Barthes menulis bahwa penanda mempunyai peluang untuk “ free play “ dan akhir yang berbeda – beda pada artinya, yang mana hal ini merupakan hasil rantai tak terbatas dari metafor.
Poststrukturalisme yang mana memulai kritikan dari tanda, mempertanyakan : apakah benar suatu tanda haya terdir dari dua bagian ( penanda dan yang ditandai ), atau apakah hal ini tidak targantung juga pada kehadiran semua penanda lainnya yang tidak berkaitan, dari mana hal itu brbeda?Terry Eagleton ( Teori Marxisme ) menunjukkan bahwa sementara strukturalisme membagi tanda – tanda tersebut dari hubungan ( objek berhubungan dengan ), maka poststrukturalisme melangkah lebih maju dan membagi penanda dari yang ditandai. Hasilnya dari pemikiran ini adalah : “ makna tidak secara tiba – tiba hadir dalam sebuah tanda “.
Cara lain untuk menandai peralihan dari masa strukturalisme menuju post strukturalisme adalah : pada tahun 1970 – an terjadi perubahan cara pandang bahasa secara objektif ( sebagai suatu objek yang independen dari subjek manusia ), cara pandang lama berubah menjadi melihat suatu bahasa sebagai percakapan dari suatu subjek. Menurut Eagleton percakapan berarti bahasa dipahami sebagai ungkapan. Dan dalam pengetahuan post strukturalisme mengenai hubungan antara pembicara dan penonton merupakan peran penting dalam dialog pada komunikasi linguistik.
Sebelum strukturalisme, tindakan interpretasi dilakukan untuk menemukan arti yang melibatkan tujuan pengarang dan pembaca. Strukturalisme tidak berusaha untuk memberikan makna sebenarnya dari pekerjaan tersebut atau untuk mengevaluasi pekerjaan tersebut berkaitan dengan aturan yang berlaku. Dalam poststrukturalisme, makna dinyatakan sebagai sesuatu yang tidak penting.
Paradigma poststrukturalisme menimbulkan dua pertanyaan mengenai kegunaan post modern architecture, menurut Foster dalam “ ( Post ) Modern Polemic “ : status dari subjek dan bahasa, dan status dari sejarah dan perwakilannya. Keduanya merupakan gagasan yang terbentuk oleh sebagian masyarakat. Pada kenyataannya, objek dari kritik poststrukturalis adalah untuk mendemonstrasikan bahwa semua kenyataan diangkat oleh perwakilan itu sendiri.

Sumber:




Tidak ada komentar:

Posting Komentar