POST STRUKTURALISME
Strukturalisme dibangun
atas prinsip Saussure bahwa bahasa sebagai sebuah sistem tanda harus dilihat ke
dalam tahapan tunggal sementara (single temporal plane). Aspek
diakronis bahasa, yakni bagaimana bahasa berkembang dan berubah dari masa ke
masa, dilihat sebagai bagian yang kurang penting. Dalam pemikiran post
strukturalis, berpikir sementara menjadi hal yang utama.
Tokoh utama yang paling
berpengaruh pada era kritik sastra post-strukturalis adalah seorang filsuf
perancis Jacques Derrida. Selain itu, buah karya pemikiran psikoanalis Jacques
Lacan dan ahli teori kebudayaan Michael Foucault juga berperan penting dalam
kemunculan post strukturalisme tersebut.
Derrida menekankan
“logosentrime” (berpusat pada logos) pemikiran barat bahwa makna
dipahami sebagai independensi bahasa yang dikomunikasikan dan tidak tunduk pada
permainan bahasa. Derrida sepakat dengan Saussure bahwa bahasa merupakan produk
yang berbeda antar penanda, tapi dia berpikir melampaui Saussure dalam
menegaskan bahwa dimensi sesaat (temporal dimension) tak dapat
ditinggalkan.
Derrida menilai bahwa
Saussure tak dapat membebaskan dirinya dari pandangan logosentris, sejak ia
mengunggulkan bahasa di atas tulisan. Derrida percaya bahwa penanda (signs)
dan petanda (signified) dapat digabung ke dalam tahapan yang sama dalam praktek
tindak tutur (act of speaking).
Derrida menyerang
pandangan logosentrisme dan menilai bahwa tulisan merupakan model yang lebih
baik untuk memahami bagaimana bahasa berfungsi. Dalam tulisan, penanda selalu
produktif, mengenalkan aspek sesaat ke dalam penandaan yang menentukan berbagai
penggabungan antara sign dan signified.
Perumusan dasar
“differance” Derrida disusun dengan mempermainkan pada kata perancis
‘difference’, yang dapat berarti ‘pertentangan’ dan “penundaan”, merusak
logonsentrisme dengan menyatakan bahwa makna tak pernah dapat mewakili
seluruhnya karena makna tersebut selalu ditangguhkan. Praktik “dekonstruksinya
" ini berdasar pada teks yang dia teliti yang berpengaruh besar pada kritik
sastra, misalnya pada New Criticsm.
Essainya yang berjudul
“Structure, Sign, and Play in the Discourse of the Human Sciences” , pertama
kali disampaikan di John
Hopkins University
pada tahun 1966, sangat berpengaruh dalam teori kritik sastra.
Essay Roland Barthes,
“The Death of the Author” pertama kali dipublikasikan pada tahun 1968,
mengadopsi sebuah pandangan tekstual bahasa dan makna secara radikal dan dengan
jelas menunjukkan perannya dalam post strukturalis.
Pemikiran post
strukturalis juga berkembang di di Amerika pada tahun 1970-an, khususnya di
kalangan kritikus yang tinggal di Yale, atau disebut para dekonstrusionis Yale.
Teoritikus terkemuka Yale adalah Paul de Man yang berpendapat bahwa teks sastra
telah tergabung dengan “pertentangan” Derrida.
De Man berpendapat bahwa
ada devisi radikal dalam teks sastra antara gramatikal atau struktur logika
bahasa dan aspek retorisnya. Hal ini menciptakan sebuah signifikansi
(penandaan) dalam teks sastra yang pada akhirnya tak dapat ditentukan. De Man
berpendapat bahwa sastra digabungkan oleh permainan (play) yang tak
dapat ditentukan secara gramatikal dan retoris dalam teks dan tidak dengan
pertimbangan estetis.
Edward W Said menerima
pandangan post strukturalis tapi menolak pada apa yang dia lihatnya sebagai
pendekatan tekstual sempit ala Derrida. Dia berpendapaat
bahwa karya Foucault memungkinkan kritik sastra melampaui dimensi sosial dan
politis teks.
Kritik budaya oleh Hal Foster
menandai peralihan dari modern menuju ke post modern. Peralihan ini melalui dua
ide yang secara langsung diambil dari kritik sastra dan budaya Roland
Barthes. Beberapa orang akan beranggapan sulit untuk membedakan antara
strukturalisme dan post strukturalisme. Dalam essainya “ ( Post ) Modern
Polemics “ dia menghubungkan pekerjaan struktural dengan kestabilan dari
komponen – komponen tanda, sedangkan teks poststrkturalisme mencerminkan
pembubaran dari tanda dan pelepasan dari penanda. Kemudian Barthes menulis
bahwa penanda mempunyai peluang untuk “ free play “ dan akhir yang berbeda – beda
pada artinya, yang mana hal ini merupakan hasil rantai tak terbatas dari
metafor.
Poststrukturalisme yang mana memulai
kritikan dari tanda, mempertanyakan : apakah benar suatu tanda haya terdir dari
dua bagian ( penanda dan yang ditandai ), atau apakah hal ini tidak targantung
juga pada kehadiran semua penanda lainnya yang tidak berkaitan, dari mana hal
itu brbeda?Terry Eagleton ( Teori Marxisme ) menunjukkan bahwa sementara
strukturalisme membagi tanda – tanda tersebut dari hubungan ( objek berhubungan
dengan ), maka poststrukturalisme melangkah lebih maju dan membagi penanda dari
yang ditandai. Hasilnya dari pemikiran ini adalah : “ makna tidak secara tiba –
tiba hadir dalam sebuah tanda “.
Cara lain untuk menandai peralihan
dari masa strukturalisme menuju post strukturalisme adalah : pada tahun 1970 –
an terjadi perubahan cara pandang bahasa secara objektif ( sebagai suatu objek
yang independen dari subjek manusia ), cara pandang lama berubah menjadi
melihat suatu bahasa sebagai percakapan dari suatu subjek. Menurut Eagleton
percakapan berarti bahasa dipahami sebagai ungkapan. Dan dalam pengetahuan post
strukturalisme mengenai hubungan antara pembicara dan penonton merupakan peran
penting dalam dialog pada komunikasi linguistik.
Sebelum strukturalisme, tindakan
interpretasi dilakukan untuk menemukan arti yang melibatkan tujuan pengarang
dan pembaca. Strukturalisme tidak berusaha untuk memberikan makna sebenarnya
dari pekerjaan tersebut atau untuk mengevaluasi pekerjaan tersebut berkaitan
dengan aturan yang berlaku. Dalam poststrukturalisme, makna dinyatakan sebagai
sesuatu yang tidak penting.
Paradigma poststrukturalisme
menimbulkan dua pertanyaan mengenai kegunaan post modern architecture, menurut
Foster dalam “ ( Post ) Modern Polemic “ : status dari subjek dan bahasa, dan
status dari sejarah dan perwakilannya. Keduanya merupakan gagasan yang
terbentuk oleh sebagian masyarakat. Pada kenyataannya, objek dari kritik
poststrukturalis adalah untuk mendemonstrasikan bahwa semua kenyataan diangkat
oleh perwakilan itu sendiri.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar