Pendekatan Sosiologi Sastra
Pendekatan
sosiologis bertolak dari asumsi bahwa sastra merupakan pencerminan kehidupan
masyarakat. Melalui karya sastra seorang pengarang mengungkapkan problem yang
pengarang sendiri ikut berada di dalamnya. Karya sastra menerima pengaruh dari
masyarakat dan sekaligus mampu memberi pengaruh terhadap masyarakat. Bahkan
seringkali masyarakat sangat menentukan nilai karya sastra yang hidup di suatu
zaman, dari lingkungan yang membesarkannya dan sekaligus membentuknya.
Dalam analisis
karya sastra dengan pendekatan ini tentunya kita kembali kepada dasar pandangan
semula, yaitu pandangan yang mengatakan bahwa karya sastra mencerminkan
kehidupan masyarakat. “Tanah garapa” yang menjadi objek penganalisis tentulah
kehidupan karya sastra yang tercermin dalam karya sastra. Keterkaitan dengan
kehidupan masyarakat nyata tentulah sesuatu yang tidak dapat diabaikan.
Pendekatan
sosiologis ini ada bahayanya, yaitu apabila si penganalisis (dalam hal ini
kritikus sastra) berbeda paham dengan isi karya sastra, ini dapat menjurus
kepada pertentangan paham politik. Hal seperti itu tentunya tidak boleh terjadi
karena keluar dari hakikat analisis karya sastra. Suatu hal yang harus dipegang
oleh penganalisis ialah bahwa walaupun pengarang melukiskan kehidupan
masyarakat dalam karangannya, itu tidaklah berarti bahwa ia menyalurkan
keinginan kelompok masyarakat tertentu, melainkan hanyalah mewakili hati
nuraninya sendiri, karena seorang pengarang adalah seorang yang peka terhadap
kehidupan masyarakat.
Sosiologi sastra
merupakan suatu pendekatan yang memperhitungkan nilai penting hubungan antara
sastra dan masyarakat. Sebagai sebuah pendekatan dalam ilmub sastra Indonesia,
boleh dikatakan masih sangat muda. Dewasa ini sedang mencari tempat berpijak.
Beberapa
pemikiran dasar yang mempersoalkan adanya hubungan antara sastra dan
masyarakat:
1) Karya
sastra diciptakan oleh pengarang untuk dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan
banyak orang.
2) Pengarang
adalah anggota suatu masyarakat yang terikat oleh status social tertentu.
3) Bahasa
yang digunakan dalam karya sastra adalah bahasa yang ada dalam suatu
masyarakat. Jadi bahasa itu merupakan ciptaan social.
4) Karya
sastra mengungkapkan hal-hal yang dipikirkan pengarang dan pikiran pengarang
dan pikiran-pikiran pengarang itu merupakan pantulan hubungan seseorang sebagai
pengarang dengan orang lain atau masyarakat.
10 Of The Most Iconic And Sophisticated Of All - Titanium
BalasHapusI've had a few bad luck titanium bracelet with aftershokz titanium the gold in my ford fiesta titanium pocket ford fiesta titanium right now, but this is a must own for any titanium properties gambler. You can get rich from