Rabu, 28 September 2011

Pendekatan Sosiologi Sastra


Pendekatan Sosiologi Sastra
Pendekatan sosiologis bertolak dari asumsi bahwa sastra merupakan pencerminan kehidupan masyarakat. Melalui karya sastra seorang pengarang mengungkapkan problem yang pengarang sendiri ikut berada di dalamnya. Karya sastra menerima pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu memberi pengaruh terhadap masyarakat. Bahkan seringkali masyarakat sangat menentukan nilai karya sastra yang hidup di suatu zaman, dari lingkungan yang membesarkannya dan sekaligus membentuknya.
Dalam analisis karya sastra dengan pendekatan ini tentunya kita kembali kepada dasar pandangan semula, yaitu pandangan yang mengatakan bahwa karya sastra mencerminkan kehidupan masyarakat. “Tanah garapa” yang menjadi objek penganalisis tentulah kehidupan karya sastra yang tercermin dalam karya sastra. Keterkaitan dengan kehidupan masyarakat nyata tentulah sesuatu yang tidak dapat diabaikan.
Pendekatan sosiologis ini ada bahayanya, yaitu apabila si penganalisis (dalam hal ini kritikus sastra) berbeda paham dengan isi karya sastra, ini dapat menjurus kepada pertentangan paham politik. Hal seperti itu tentunya tidak boleh terjadi karena keluar dari hakikat analisis karya sastra. Suatu hal yang harus dipegang oleh penganalisis ialah bahwa walaupun pengarang melukiskan kehidupan masyarakat dalam karangannya, itu tidaklah berarti bahwa ia menyalurkan keinginan kelompok masyarakat tertentu, melainkan hanyalah mewakili hati nuraninya sendiri, karena seorang pengarang adalah seorang yang peka terhadap kehidupan masyarakat.
Sosiologi sastra merupakan suatu pendekatan yang memperhitungkan nilai penting hubungan antara sastra dan masyarakat. Sebagai sebuah pendekatan dalam ilmub sastra Indonesia, boleh dikatakan masih sangat muda. Dewasa ini sedang mencari tempat berpijak.
Beberapa pemikiran dasar yang mempersoalkan adanya hubungan antara sastra dan masyarakat:
1)     Karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan banyak orang.
2)     Pengarang adalah anggota suatu masyarakat yang terikat oleh status social tertentu.
3)     Bahasa yang digunakan dalam karya sastra adalah bahasa yang ada dalam suatu masyarakat. Jadi bahasa itu merupakan ciptaan social.
4)     Karya sastra mengungkapkan hal-hal yang dipikirkan pengarang dan pikiran pengarang dan pikiran-pikiran pengarang itu merupakan pantulan hubungan seseorang sebagai pengarang dengan orang lain atau masyarakat.

1 komentar:

  1. 10 Of The Most Iconic And Sophisticated Of All - Titanium
    I've had a few bad luck titanium bracelet with aftershokz titanium the gold in my ford fiesta titanium pocket ford fiesta titanium right now, but this is a must own for any titanium properties gambler. You can get rich from

    BalasHapus