Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan

Selasa, 27 September 2011

Pendidikan Keluarga

BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Pendidikan Keluarga
Kata pendidikan menurut etimologi berasal dari kata dasar didik. Apabila diberi awalan me- menjadi mendidik maka akan membentuk kata kerja yang berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran). Sedangkan bila berbentuk kata benda akan menjadi pendidikan yang memiliki arti proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorangatau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Dalam pengertian yang lebih luas pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai warga negara/masyarakat, dengan memilih isi (materi), strategi kegiatan, dan teknik penilaian yang sesuai (Suryosubroto, 2010:2).
Kata keluarga dapat diambil kefahaman sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat, atau suatu organisasibio-psiko-sosio-spiritual dimana anggota keluarga terkait dalam suatuikatan khusus untuk hidup bersama dalam ikatan perkawinan dan bukan ikatan yang sifatnya statis dan membelenggu dengan saling menjaga keharmonisan hubungan satu dengan yang lain. Sementara satu keluarga dalam bahasa Arab adalahal-Usroh yang berasal dari kata al-asruyang secara etimologis mampunyai arti ikatan. Al- Razi mengatakanal-asru maknanya mengikat dengan tali, kemudian meluas menjadi segala sesuatu yang diikat baik dengan tali atau yang lain. (Rahmat dan Gantama, 1994:5). Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian pendidikan keluarga adalah proses transformasi prilaku dan sikap di dalam kelompok atau unit social terkecil dalam masyarakat. Sebab keluarga merupakan lingkungan budaya yang pertama dan utama dalam menanamkan norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan prilaku yang penting bagi kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.
Keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat merupakan lingkungan budaya pertama dan utama dalam rangka menanamkan norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan perilaku yang dianggap penting bagi kehidupan pribadi, keluarga danmasyarakat. (Sujana 1996: 4)
3.2 Pentingnya Pendidikan Keluarga
Dalam mendidik anak, tentu saja orang tua tidak mungkin sanggup mendidik dan mengajar anak-anak mereka dengan segala ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk bekal hidup anak-anaknya dalam masyarakat yang sudah sedemikian majunya sepeti sekarang ini. Keluarga harus dibantu. Sekolahlah yang berkewajiban membantu keluarga atau orang tua dalam mendidik dan mengajar anak-anaknya. Namun, berhasil tidaknya pendidikan di sekolah bergantung dan dipengaruhi oleh pendidikan di dalam keluarga. Pendidikan keluarga adalah fundamen atau dasar dari pendidikan anak selanjutnya. Hasil-hasil pendidikan yang diperoleh anak dalam keluarga menentukan pendidikan anak itu selanjutnya, baik di sekolah maupun di masyarakat (Purwanto, 2007:78-79).
Demikianlah, tak dapat disangkal lagi betapa betapa pentingnya pendidikan dalam lingkungan keluarga bagi perkembangan anak-anak menjadi manusia berpribadi dan berguna bagi masyarakat. Tentang pentingnya pendidikan dalam lingkungan keluarga itu telah dinyatakan oleh banyak ahli didik dari zaman yang telah lampau.
Comenius (1592-1670), seorang ahli diktatik yang terbesar, dalam buku Didaktica Magna, di samping mengemukakan asas-asas didaktiknya yang sampai sekarang masih dipetahankan kebenarannya, juga menekankan betapa pentingnya pendidikan keluarga itu bagi anak-anak yang sedang berkembang. Dalam uraiannya tentang tingkatan-tingkatan sekolah yang dilalui oleh anak sampai mencapai tingkat kedewasaannya, ia menegaskan bahwa tingkatan permulaan bagi pendidikan anak-anak dilakukan di dalam keluarga yang disebut scola-materna (sekolah ibu). Untuk tingkatan ini ditulisnya sebuah penuntun, yaitu Informatorium. Di dalamnya diutarakan bagaimana orang-orang tua harus mendidik anak-anaknya dengan bijaksana, untuk memuliakan Tuhan dan untuk keselamatan jiwa anak-anaknya.
J.J. Rousseau (1712-1778), sebagai salah seorang pelopor ilmu jiwa anak, mengutarakan pula betapa pentingnya pendidikan keluarga itu. Ia menganjurkan agar pendidikan anak-anak disesuaikan dengan tiap-tiap masa perkembangannya sedari kecil.  Dalam buku, yang diberi judul Emile, dijelaskannya pendidikan-pendidikan manakah yang perlu diberikan kepada anak-anak mengingat masa-masa perkembangan anak itu.
Perlu kita ketahui bahwa dasar pendidikan menurut Rousseau ialah alam anak-anak yang  belum rusak; anak-anak harus dididik sesuai dengan alamnya. Kata-kata Rousseau yang penting dan selalu menjadi pedoman kaum pendidik ialah anak itu bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil. Pikiran, perasaan, keinginan, dan kemampuan anak itu berbeda dengan kemampuan orang dewasa.
C.G. Salzmann (1744-1811), seorang penganut aliran philantropinum, juga telah mengeritik dan mengecam pendidikan yang telah dilakukan oleh para orang tua waktu itu. Dalam karaannya, Krebsbuchlein (Buku Udang Karang) Salzmann mengatakan bahwa segala kesalahan anak-anak itu adalah akibat dari perbuatan pendidik-pendidiknya, terutama orang tua. Orang tua pada masa Salzmann dipandangnya sebagai penindas yang menyiksa anaknya dengan pukulan yang merugikan kesehatan, dan menyakiti perasaan-perasaan kehormatannya. Di sini Salzmann hendak menunjukkan bahwa pendidikan keluarga atau orang tua penting sekali. Ia juga menunjukkan berapa besar pengaruh lingkungan alam sekitar terhadap pertumbuhan dan pendidikan anak-anak.
Pestalozzi (1746-1827). Seorang ahli pendidikan sosial yang kenamaan, telah mengabdikan tenaga, pikiran, dan hidupnya untuk kepentingan anak-anaknya. Di berbagai tempat di negerinya (antara lain di Neuhof, di Stanz, dan Burgdof) ia mendirikan tempat-tempat pendidikan yang diperuntukkan bagi anak-anak yatim-piatu dan anak miskin lainnya, yang kebanyakan dari anak-anak tersebut tidak mendapat pendidikan dari orang tuanya. Dalam tempat-tempat pendidikannya itu ia bekerja sebagai ayah, ibu, dan guru dari anak-anak, yang didirikannya secara klasikal itu.
Lebih nyata lagi bahwa ia sangat menghargai dan menunjukkan betapa pentingnya pendidikan keluarga itu, setelah terbit bukunya Lienhard und Gertrud dan Wie Gertrud ihre Kinder lehrt (Bagaimana Gertrud Mengajar Anaknya). Dalam buku itu diuraikannya tentang pendidikan keluarga sebagai unsur pertama dalam kehidupan masyarakat. Diutarakannya pula bagaimana member pelajaran dan pendidikan agama kepada anak-anak.
3.3 Keluarga sebagai Pemenuh Kebutuhan Anak
Keluarga dikatakan dapat memenuhi syarat-syarat pendidikan anak bila keluarga tersebut dapat memenuhi kebutuhan anak. Menurut A.H. Maslow kebutuhan orang pada umumnya atau anak pada khususnya yaitu: (Suhartin C, 1980: 52-53)
(1)  Kebutuhan jasmani; sperti makan, minum, tidur, perlindungan dan sebagainya.
(2)  Kebutuhan keamanan; tiap orang atau anak merasa tidak enak bila keselamatannya terancam.
(3)  Kebutuhan untuk dicintai; tiap orang atau tiap anak selalu mendambakan cinta kasih. Kebahagiaan sejati hanya terletak pada cinta kasih, artinya dapat mencintai dan dicintai. Dalam arti luas pendidikan ini ditunjukkan dengan adanya gejala bahwa tiap orang akan selalu membutuhkan orang lain. Begitu juga anak. Dan khusus untuk anak, memerlukan cinta kasih orang tuanya.
(4)  Kebutuhan harga diri; tiap orang atau tiap anak akan merasa terhina bila kepribadiannya tersinggung. Ia memerlukan penghargaan atas diri dan karya-karyanya, juga pendapat-pendapatnya. Termasuk kebutuhan ini adalah kebutuhan untuk dibutuhkan atau diperlukan. Tiap orang akan senang bila merasa diperlukan orang lain. Anak pun juga demikian. Ia ingin dihargai, dipuji dan yang amat penting ialah ingin dibenarkan tindakan-tindakannya. Tentu saja kita sebagai orang tua hanya akan membenarkan tindakan-tindakannya yang sungguh-sungguh benar.
(5)  Kebutuhan menyatakan diri; tiap orang atau entah besar enak kecil selalu memiliki keinginan untuk menyatakan dirinya. Pernyataan diri tersebut dimaksudkan untuk diakui masyarakat, walaupun sebenarnya hal ini kurang disadari. Dan dengan adanya pengakuan dari masyarakat tersebut, dia akan menjadi puas. Bila pengakuan masyarakat yang dihararapkan tidak ada atau dengan kata lain yang lebih ilmiah dikatan perbuatannya tidak mempunyai basis sosial, biasannya perbuatan tersebut tidak dikembangkan.

3.4 Peran Anggota Keluarga Terhadap Pendidikan Anak
(1)  Peranan Ibu
Pada kebanyakan keluarga, ibulah yang memegang peranan terpenting terhadap anak-anaknya.sekak anak itu dilahirkan, ibulah yang selalu di sampingnya. Ibulah yang memberi makan dan minum, memelihara, dan selalu bercampur gaul dengan anak-anak. Itulah sebabnya kebanyakan anak lebih cinta kepada ibunya dari pada ke anggota keluarga yang lain.
Pendidikan seorang ibu terrhadap anaknya merupakan pendidikan dasar yang dapat diabaikan begitu saja. Maka dari itu, seorang ibu hendaklah orang yang bijaksana dan pandai mendidik anak-anaknya. Sebagaian orang menyatakan kaum ibu adalah pendidik bangsa.
Nyatalah betapa berat tugas seorang ibu sebagai pendidik dan pengatur rumah tangga. Baik-buruknya pendidikan ibu terhadap anaknya akan akan berpengaruh besar terhadap perkembangan dan watak anak di kemudian hari. Seorang ibu yang selalu khawatir dan menurutkan keinginan anak-anaknya, akan berakibat kurang baik. Demikian pula tidak baik berlebih-lebihan mencurahkan perhatian kepada anaknya. Asalkan segala perbuatan disertai rasa kasih sayang yang terkandung dalam hati ibunya, anak itu akan mudah akan tunduk kepada pimpinannya.
Sesuai dengan fungsi dan tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga, dapat disimpulkan bahwa peranan ibudalam pendidikan anak-anaknya adalah sebagai:
·       Sumber dan pemberi kasih sayang;
·       Pengasuh dan pemelihara;
·       Tempat mencurahkan isi hati;
·       Pengatur kehidupan dalam rumah tangga;
·       Pembimbing hubungan pribadi;
·       Pendidik dalam segi emosional.
(2)  Peranan Ayah
Disamping ibu, seorang ayah pun memegang peranan penting. Anak memandang ayahnya sebagai orang yang tertinggi gengsinya atau prestisenya. Kegiatan ayah terhadap pekerjaannya sehari-hari sungguh besar pengaruhnya kepada anak-anaknya, lebih-lebih terhadap anak yang sudah besar.
Meskipun demikian, di beberapa keluarga masih dapat kita lihat kesalahan-kesalahan pendidikan yang diakibatkan oleh tindakan seorang ayah. Karena sibuknya bekerja mencari nafkah, si ayah tidak ada waktu untuk bergaul mendekati anak-anaknya. Lebih celaka lagi seorang ayah yang sengaja tidak mau berurusan dengan pendidikan anak-anaknya. Ia mencari kesenangan bagi dirinya saja. Segala kekurangan dan kesalahan yang terdapat di dalam rumah tangga mengenai pendidikan anak-anaknya dibebankan kepada istri, dituduhnya dan dimaki-makinya istri.
Tanpa bermaksud mendiskiminasikan tugas dan tanggung jawab ayah dan ibu dalam keluarga, ditinjau dari fungsi dan tugasnya sebagai ayah, dapat dikemukakan di sini bahwa peranan ayah dalam pendidikan anak-anaknya yang lebih  dominan adalah sebagai:
·       Sumber kekuasaan dalam keluarga;
·       Penghubung intern keluarga dengan seluruh masyarakat atau dunia luar;
·       Pemberi perasaan aman bagi seluruh anggota keluarga;
·       Pelindung terhadap ancaman dari luar;
·       Hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan;
·       Pendidikan dalam segi rasional.
(3)  Peranan Nenek
Selain oleh ibu dan ayahnya, banyak pula anak-anak yang menerima pendidikan dari neneknya, baik nenek laki-laki maupun nenek perempuan, ataupun keduanya.
Umumnya, nenek itu merupakan sumber kasih sayang yang mencurahkan kasih sayangnya yang berlebihan terhadap cucu-cucunya. Mereka tidak mengharapkan sesuatu dari cucu-cucunya itu, mereka hanya memberi semata. Maka dari itu, mereka memanjakan cucunya dengan sangat berelebihan.
Dalam suatu keluarga yang diam serumah dengan nenek, seringkali terjadi pertengkaran atau perselisihan antara orang tua anak dan nenek mengenai cara mendidik anak-anaknya. Pandangan orang tua anak tentang mendidik anaknya sering bertentangan dengan pandangan nenek yang merasa bahwa si nenek itu sudah lebih banyak “makan garam” dari pada anaknya (orang tua anak itu).
Dari pengalaman, orang dapat mengetahui bahwa untuk kepentingan anak-anaknya sering lebih baik jika tinggal terpisah dari nenek. Kunjungan nenek yang sewaktu-waktu dan bermalam sekali-kali di rumah orang tua anak telah cukup untuk menyenangkan hati anak.
(4)  Peranan Pembantu Rumah Tangga (Pramuwisma)
Keluarga yang berkecukupan sosial-ekonominya sering memiliki seorang atau lebih pembantu rumah tangga atau pramuwisma. Tugas pramuwisma di samping mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga, seperti memasak, mencuci, meyetrika pakaian, membersihkan halaman, menyiram tanaman hias sering pula diserahi tugas khusus untuk mengasuh dan memelihara anak-anak yang masih kecil (babysitter) karena kedua orang tua anak-anak itu sibuk bekerja atau mencari nafkah di luar rumah. Dalam hal yang demikian pramuwisma dapat dikatakan anggota keluarga yang juga turut berperan dalam pendidikan anak-anak di dalam keluarga.
Pada umumnya pramuwisma (yang bukan babysitter) tidak memiliki pengetahuan ataupun pengalaman yang cukup dalam hal mengasuh atau mendidik anak-anak, apalagi pramuwisma yang masih muda atau belum pernah berkeluarga. Oleh karena itu, bagi para orang tua, betapa sibuk dan sempitnya waktu terluang, tidak baik jika menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak-anaknya kepada pramuwisma. Peranan pramuwisma sebagai pembantu rumah tangga seyogianya hanyalah sebagai “pembantu” pula dalam mengasuh dan mendidik anak-anak di dalam keluarga. Sedangkan yang tetap berperan dalam menentukan pendidikan anak-anak adalah orang tua, yaitu ayah dan ibu.
3.5 Petunjuk-Petunjuk Penting bagi Pendidikan dalam Lingkungan Keluarga
Ada beberapa petunjuk yang penting dan perlu diperhatikan oleh pendidik, yaitu:
a.     Usahakan suasana yang baik dalam lingkungan keluarga
Hal ini terutama bergantung pada bapak ibu sebagai pengatur keluaga. Dasar dari pendidikan keluarga ialah perasaan cinta-mencintai. Kita hendaknya selalu berusaha agar di dalam lingkungan keluarga selalu bisa tolong-menolong, kasih sayang antar anggota keluarga, dan harus diliputi suasana kegembiraan dan ketentraman.
Perlu diingat di sini bahwa kesenangan dan ketentraman keluarga itu tidak hanya bergantung kepada banyak sedikitnya harta benda yang dipunyai atau yang dapat diusahakan oleh kelurga itu.
Di dalam suatu keluarga yang baik selalu akan terdapat kejujuran, kesetiaan, keteguhan hati, kesabaran, kerajinan, kerapian, dan kebersihan di antara anggota-anggota keluarganya.
b.     Tiap-tiap anggota keluarga hendaklah belajar berpegang pada hak dan kewajibannya masing-masing
Hal ini terutama menurut kedudukan dan umurnya masing-masing. Tidak mungkin seorang anak kecil akan sama hak maupun kewajibannya dengan anak yang sudah besar. Orang tua harus berusaha agar anak-anaknya sedikit demi sedikit secara berangsur-angsur tahu akan kewajibannya sebagai anggota keluarga. Untuk itu, anak-anak perlu dibiasakan melakukan pekerjaan-pekerjaan seperti mengenakan pakaian sendiri, mandi, makan, tidur pada waktunya, mengasuh adik, membantu ayah dan ibu, pekerjaan membereskan , dan mengatur kebersihan rumah tangga.
Jika tiap-tiap anggota keluarga sudah tahu dan menjalankan tugas kewajibannya masing-masing menurut aturan-aturan yang berlaku dalam keluarga itu, akan terciptalah ketertiban dan kesenangan serta ketentraman dalam keluarga itu.
c.     Orang tua serta orang tua dewasa lainnya dalam keluarga itu hendaklah mengetahui tabiat dan watak anak-anak
Hal ini mudah diusahakan karena orang tualah yang setiap hari bergaul dan bermain dengan anak-anaknya. Dari pergaulan dan dari ikut serta bermain dengan anak-anak, orang tua dapat mengetahui bagaimana sifat-sifat dan tabiat anak-anaknya masing-masing. Pengetahuan ini sungguh merupakan harta yang tak ternilai harganya untuk mendidik anak-anak kea rah kedewasaan. Seorang pendidik akan dapat berhasil usahanya jika ia dapat mengetahui siapa dia.
Lagi pula, adanya pengetahuan orang tua tentang watak anak-anaknya dan adanya saling mengetahui tabiat masing-masing akan dapat menghindarkan perselisihan dan mendatangkan kerukunan serta ketentraman dalam keluarga.
d.     Hindarkan segala sesuatu yang dapat merusak pertumbuhan jiwa anak-anak
Orang tua tidak boleh sering mengejek atau mengecilkan hati anak-anaknya. Besarkan hati anak-anak itu dalam segala usahanya yang baik. Pujilah mereka, anjurkan kepada mereka bahwa apa yang dapat dikerjakan orang lain, dia pun dapat mengerjakannya. Janganlah terlalu melarang dan menegur jika memang tidak perlu. Lebih bijaksana jika larangan-larangan itu diganti dengan suruhan. Sebagai contoh, jangan mengatakan: “Jangan bermain-main dengan pisau, nanti teriris jarimu!” Lebih baik jika kita katakana: “Tolonglah, Nak, simpankan pisau itu di atas meja, tentu kamu pandai menyimpannya, bukan?” dan sebagainya.
Demikian pula, janganlah menggunakan hukuman itu sebagai alat pendidikan satu-satunya. Anak-anak yang sering mendapat hukuman akhirnya bahkan akan kebal terhadap hukuman itu, dan tidak akan menjadi anak yang patuh  dan menurut, tetapi bahkan sebaliknya. Hematlah dalam member hukuman dan teguran atau larangan.
e.     Biarkanlah anak-anak bergaul dengan teman-temannya di luar lingkungan keluarga
Masih ada beberapa orang tua yang khawatir anak-anaknya akan mendapat pengaruh buruk dari teman-temannya. Ini sungguh keliru. Anak-anak adalah calon manusia dewasa yang akan hidup dalam masyarakat yang bermacam-macam corak ragamnya. Pergaulan dengan teman-teman sebaya penting sekali bagi pertumbuhan jiwa anak-anak, terutama pertumbuhan perasaan sosialnya dan pertumbuhan wataknya.
Janganlah kita mengurung anak-anak di lingkungan rumah sendiri saja. Biarkan anak-anak bermain dengan teman-temannya. Jika sampai waktunya, masukkanlah anak-anak itu ke sekolah taman kanak-kanak atau sekolah dasar.


DAFTAR PUSTAKA
Foulcoult, Michael. 2007. http://notok2001.blogspot.com/pendidikan-dalam-keluarga/. 18 Desember 2010.
Purwanto, Drs. M. Ngalim, MP. 2007. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rahmat, Jalaluddin dan Muhtar Gandatama. 1994. Keluarga Muslim dalam Masyarakat Modern. Bandung:Remaja Rosdakarya.
Suhartin C., Drs. R.I. 1980. Cara Mendidik Anak dalam Keluarga Masa Kini. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.
Sujana, Djuju. 1996. Peranan Keluarga dalam Lingkungan Masyarakat. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suryosubroto, Drs. B. 2010. Beberapa Aspek Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Filsafat Pendidikan Islam


FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
A.     Filsafat
Dari bahasa Yunani, Philo yang berarti cinta (love) dan Sophia  yang berarti kebijaksanaan (wisdom).  Berarti dapat diartikan sebagai " Cinta kepada kebijaksanaan ". apa yang dinamakan dengan kebijakan dalam tradisi pemikiran filosof Yunani dalam suatu pemahaman atas kebenaran pertama (first truths) seperti baik, adil dan kebenaran itu sendiri, serta penerapan dari kebenaran-kebenaran pertama ini dalam problem kehidupan.

B.     Cabang-cabang Filsafat / objek kajian filsafat
1.      Logika,
Membicarakan tentang aturan-aturan berfikir agar dengan aturan tersebut dapat diambil kesimpulan yang benar.  Dengan kata lain logika adalah pengkajian secara sistematis tentang aturan untuk menguatkan premis-premis atau sebab-sebab mengenai konklusi aturan itu sehingga dapat dipakai untuk membedakan argumen yang baik dari argumen yang tidak baik.
2.      Ontologi,
Sering disebut Metafisika adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang akibat segala sesuatu yang ada, atau membahas watak yang sangat mendasar.  (Teori tentang ada )
Contoh pertanyaan; apakah hakikat ruang, waktu, gerak, materi dan perubahan itu ? Apakah yang merupakan asal mula jagad raya ini ? Apakah jiwa dan badan itu ?
3.      Epistimologi
Cabang filsafat yang menyelidiki asal mula, susunan, metode-metode, dan sahnya pengetahuan. ( Cara mencapatkan sebuah kebenaran dari objek yang difikirkan )
Pertanyaan mendasar, Apakah mengetahui itu ? Apakah yang merupakan asal mula pengetahuan itu ? Bagaimanakan cara kita mengetahui bila kita mempunyai pengetahuan ?
4.      Etika
Lebih menekankan pada moralitas, problem moral dan pertimbangan moral.
Pertanyaan; Apakah yang menyebabkan suatu perbuatan yang baik itu baik ? Apakah yang dimaksud kebaikan, kebenaran dan kejujuran ? Bagaimanakah cara kita melakukan pilihan diantara hal-hal yang baik?.
5.      Estetika
Membicarakan definisi, susunan dan peranan keindahan, khususnya di dalam seni.
Pertanyaan; Apakah fungsi keindahan dalam hidup kita ? Apakah seni itu ? Apakah hubungan antara yang indah dengan yang benar (epistimologi) dan yang baik (etika) ?
6.      Aksiologi,
Teori tentang nilai.
Contoh;                Nuklir untuk kemaslahatan ( Listrik )
                              Nuklir untuk kemadlarata ( BOM )

Wilayah kajian filsafat pendidikan pada sesuatu yang teramati / terukur maupun yang tidak teramati / terukur.
Contoh Jasad san ruh.
Karena di dalam diri manusia terkandung
a)      Nasuth ( Kemanusiaan )
b)      Lahut ( Ketuhanan ) cenderung kepada kebaikan, kejujuran.

PERBEDAAN
Barat     : Lebih menekankan epistimologi
Islam     : Menekankan pada aksiologi , kemanfaatan ilmu

Filsafat Umum hanya mengamati apa yang dapat diukur    Empirik
                                                                                                                        Sensual
                                                                                                                        Rasional

Dalam filsafat pendidikan biasa menggunakan dali Naqli ( al-Qur'an dan Hadits) yang menghubungkan atau menyangkut keimanan.
Landasan Naqli bersifat subjektif ( sulit dirasionalkan pada hal-hal tertentu).
Contoh pada ayat
pada kalimat  , surat al-Mukminun ayat 23
pada kalimat  , surat Yasin 35

Agama tidak mungkin dijalankan bagi orang-orang yang tidak mempunyai akal karena itu agama sangat menghargai akal

FILSAFAT MANUSIA DALAM ISLAM
Didalam Filsafat Barat ada 3 aliran yaitu
1.      Manusia / Alam
Bersifat / Substansinya materialisme (materi). Manusia dilahirkan dari hubungan seorang ayah dengan ibu dimana keduannya mempunyai visiologi (visi)
Contoh          : Manusia berbahagia ( dalam segi materi )
Seorang anak yang pandai mata pelajaran Matematika / IPA, meskipun ia tidak melakukan ibadah shalat maka orang tua membiarkannya atau tidak ada masalah dengan yang dilakukan anak (tidak shalat) karena shalat adalah bukan pekerjaan yang menghasilkan materi (uang). Orang tua lebih mendukung kepada anaknya tentang segala usaha yang berakhir menghasilkan materi, karena materi itulah kebahagiaan. (intinya bersifat Duniawi)
2.      Serba Roh
Manusia bagian dari dunia atau segala yang ada di dunia maka segala isinya bersifat / substansinya mempunyai roh.
Contoh          : Bintang film yang cantik, ia dianggap cantik ketika ia masih hidup / ada roh, tetapi apabila ia sudah mati, maka ia tidak ada nilainya / harganya. (intinya Roh lebih berharga daripada materi)
3.      Dualisme
Substansinya terdiri dari jasmani dan rohani, keduanya tidak ada ketergantungan tetapi mempunyai hubungan interaktif.
Dari segi wujud: Manusia terdii dari jasad dan rohani
Contoh          : Orang yang fisiknya cacat, maka akan berpengaruh pada sikap / psikologinya.
Jasmaniah berinteraksi dengan roh.
Contoh          : Orang yang stress akan merasa putus asa dalam hidupnya (kejiwaannya guncang )

PANDANGAN ISLAM TENTANG HAKIKAT MANUSIA
Pandangan Islam tentang hakikat manusia
1.      Potensi Nasuth, bersifat Kemanusiaan
Contoh          : Manusia membutuhkan makan, minum, tempat tinggal, bergerak, mempunyai kemamuan, kebutuhan, dll.
2.      Potensi Lahut, bersifat Ketuhanan (Didalam al-Quran dijelaskan bahwa Tuhan tidak mungkin mencitai kejahatan)
Berarti dalam diri manusia ada potensi positif
Contoh          : Seseorang diberi pilihan untuk calon isteri, pilihannya adalah yang 1 cantik dan yang 1 jelek, jadi secara bathiniah ia akan memilih yang pertama (cantik).

Perbedaan FIlsafat Barat dengan Filsafat Islam
Di dalam filsafat barat memandang ruhaniah tidak punyai tanggung jawab sampai kapanpun, sedangkan didalam Islam memandang ruh bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan hingga besok hari kiamat.

Jasa / Jasmaniah dalam Islam adalah jasad yang dijadikan ruh sebagai alat untuk berhubungan / mengalami kehidupan yang bersifat materi.
Contoh : Dalam berpolitik manusia mau disuap karena ada roh.

POTENSI / KEKUATAN MANUSIA
Potensi manusia ada lima yaitu;
1.      Hidayah Wujdaniah / Insting. Jadi manusia sejak dilahirkan ke dunia, ia mempunyai insting.
Contoh         : Bayi menangis ketika ia merasa lapar saat baru ia dilahirkan.
2.      Hidayah Khissiyah / Panca Indera; Pendengar, Perasa, Peraba, Penglihatan, Penciuman)
3.      Hidayah Aqliyah / Manusia dapat berkreasi
4.      Hidayah Dinniyah / Naluri untuk menerima kebenaran / keagamaan. Kita percaya tentang adanya alam kubur, surga, neraka dan yang berhubungan dengan hal ghaib meskipun kesemuanya itu tidak dapat di nalar (tidak cocok dengan akal), karena akal menerima sesuatu yang nyata. Tetapi karena ada hidayah Dinniyah maka kita menerimanya / mempercayai keberadaan hal ghaib.
Contoh          : Peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammad, memang kejadian tersebut tidak mungkin dilakukan dalam satu malam (mustahil) tetapi karena adanya Hidayah Dinniyah kita mengimaninya / mempercayai bahwa itu terjadi.
5.      Hidayah Taufiqiyah / Kesesuaian antara ajaran agama, akal dan juga hati.
Agama banyak berhubungan dengan akal, akal berhubungan mutlak dengan hati.
Contoh          : Akal hilang maka hatinya akan rusak. Orang gila tidak memakai pakaian karena rasa / hatinya rusak.

Manusia sebagai Khalifah (wakil, pengganti, duta )

TRILOGI HUBUNGAN MANUSIA
Manusia dalam hidupnya mau tidak mau akan berhubungan dengan ;
1.      Tuhan, hubunnya bersifat positif ( dengan orang sholeh ) dan bersifat negative ( orang yang ingkar kepada Allah )
Agar berhubungan dengan Tuhan berjalan harmonis maka manusia harus; berbuat / menjalankan perintah Allah ( In kuntum tukhibbuuna Allaha yukhbibkum Allahu )
Menurut Thomas : Timbulnya keagamaan karena melalui berfikir
Contoh    Pada malam hari manusia dengan sendirinya bangun untuk sholat
2.      Manusia dengan manusia
Agar dapat berhubungan yang harmonis dengan sesama maka;
-        Harus ada keseimbangan hak dan kewajiban
-        Harus menentang kebathilan
-        Saling melindungi
-        Toleransi
-        Menjunjung tinggi persaudaraan, perdamaian
3.      Manusia dengan Alam. Yang biasa dikenal dengan hukum Kausalitas ( Hukum sebab akibat )
Dalam pengelolaan alam ada pertanggungjawaban dengan manusia juga dengan Allah.
Contoh         : Hutan gundul mengakibatkan banjir, tanah longsor

Beberapa Pendapat tentang Ilmu

Ernest mengatakan Ilmu adalah  sesuatu yang empiris rasional.
Pertanyaan         ; segala sesuatu  kalau tidak empiris tidak dikatakan ilmu
Jawab                   : Tidak mungkin, karena realitas di dunia ini tidak tunggal karena tidak mungkin realitas non rasional / empiris keberadaanya mutlak.
Montago mengatakan Ilmu pengetahuan dibangun atas pengamatan, pemikiran dan pengalaman.
Pertanyaan         ; Sesuatu yang tidak dapat diamati tidak ilmu
Jawab                   : Salah, karena dalam Islam ada ilmu pengetahuan yang tidak dapat diamati.
Dzakiyat Darajat mengatakan Ilmu bersifat Makro / deduktif (contoh al-Qur'an) dan induktif  / kejadian di lapangan untuk kebahagiaan / kemaslahatan dunia akhirat.

Perbedaan Pendidikan Barat dengan Pendidikan Islam

Pendidikan Barat hanya mengutakamakan keduniaan sedangkan Pendidikan Islam mengutamakan keduniaan juga kebahagiaan akhirat. Oleh karena itu pendidikan di dalam Islam sangat penting karena untuk mendapatkan kebahagiaan / kemaslahatan dunia dan akhirat.

Fungsi Ilmu Pengetahuan dalam Islam
Kedudukan ilmu Islam sangat penting karena untuk kemaslahatan di dunia dan akhirat;  
1.      Sebagai alat mencari kebenaran
2.      Ilmu Pengetahuan dapat dijadikan sebagai pra syarat amal Sholeh. Ibadah tanpa disertai dengan ilmu pengetahuan maka ibadahnya rusak / tidak diterima.
ﻭﻜﻝ ﻤﻦ ﺑﻐﻴﺮﻋﻠﻡ ﻴﻌﻤﻝ            ﺍﻋﻤﺎﻟﻪ ﻤﺮﺪﻭﺩﺓ ﻻ ﺗﻗﺑﻞ           
3.      Sebagai alat untuk mengelola alam guna memperoleh ridho Allah
4.      Dapat dijadikan sebagai alat pengembangan daya fikir, semakin banyak ilmu pengetahuannya maka daya fikirnya semakin baik.
ﺸﻛﻭﺖ ﺇﻠﻰ ﻭﺍﻗﻊ ﺴﻭﺀ ﺨﻓﻀﻰ ﻓﺄﺮﺷﺪﻧﻰ ﺍﻠﻰ ﺗﺮﻚ ﺍﻠﻤﻌﺎﺺ
ﻮﻋﻟﻤﻦ ﺒﺄﻦ ﺍﻠﻌﻠﻡ ﻧﻮﺮ ﻮﻧﻮﺮﺍﷲ ﻻﻴﻬﺪﻯ ﺍﻠﻰ ﺍﻠﻤﻌﺎﺺ
Saya mengadu kepada Ustadz Waqi' tentang jeleknya hafalan saya kemudian ia perintahkan untuk meninggalkan maksiat dan mengajarkan ilmu kepadaku dan sesungguhnya ilmu itu cahaya dan cahaya Allah itu tidak bisa diberikan kepada orang yang berbuat maksiat
Realitas ada 2                    Qur'aniyah          (ayat-ayat Qur'an
                                             Kauniah           (Kealaman; bumi, binatang, udara dll)

PENDEKATAN DALAM MEMPEROLEH ILMU PENGETAHUAN
A.     Empiris, pengataman harus dengan indera
Contoh         Seseorang yang berzina bahkan sampai 50 kali sekalipun jika tidak ketahuan dan tidak ada sakti maka ia tidak bisa dikatakan bersalah / dianggap berzina
B.     Rasionalisme, mengejar kebenaran atas dasar penalaran
Penalaran akal mempunyai fungsi yaitu mampu membedakan antara pekerjaan binatang dengan manusia atau mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
C.     Gabungan Empiris dan Rasionalisme, diamati dengan indera juga diiringi dengan  penalaran.

Islam mengakui sedang barat tidak mengakui adanya pendekatan
Intuitif; pendekatan yang digunakan untuk objek ilmu pemahaman rasional dan sensual (pengalaman indera)
Contoh         : 1) Gunung merapi berbahaya tetapi menurut mbah Marijan itu tidak berbahaya. 2) Peristiwa Isra' Mi'raj
Interpretasi kitab suci, pemaknaan terhadap kitab suci
Contoh         : Adanya ilmu fiqh , tasawuf, tauhid, dsb.
Ini menjadi penting karena di dunia ini ada 2 realitas; Bersifat duniawi dan Bersifat ukhrowi

IMPLIKASI / DAMPAK PENDIDIKAN ISLAM TERHADAP PROSES PEDIDIKAN ISLAM

1)      Semua realitas yang menjadikan Allah dan ilmu bersumber dari Allah maka proses pendedikan pembekalan ilmu pada anak didik harus sesuai dengan sifat Allah contoh sabar, pemaaf, pandai, dll.
ﻭﺍﺤﺴﻦ ﻜﻤﺎ ﺍﺤﺴﻦ ﺍﷲ ﺍﻠﻴﻚ
Berbuat baiklah kamu sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu
2)      Mengarah pada Ridho Allah
3)      Dalam pembekalan ilmu mampu melahirkan dan mendorong anak didik untuk berbuat yang terpuji (sholeh).

Kajian Filosofis Pendidikan Islam

1.      At-Ta'lim; Pengajaran/proses transmisi/pengiriman terhadap berbagai ilmu kepada peserta didik yang bersifat psikologis.
2.      At-Tarbiyah; Menurut As-Sybani; Pendidikan, proses pengubahan, pengembangan tingkah laku (Kognitif, Afektif, Psikomotorik) menjadi lebih baik atas dasar nilai etika Islam
Menurut Al-Jamana; Pendidikan Islam; mengembangkan anak didik dibidang akal, perasaan, amaliah kearah yang lebih maju atas dasar nilai / etika Islam.
Di dalam pendidikan terjadi proses diantaranya;
·        Transformasi; Pengembangan, perubahan
·        Internalisasi; Pembekalan kepada anak didik
·        Trans Internalisasi; Bagaimana anak didik dapat mengembangkan atau menginternalisasi dalam kehidupan sehari-hari

Dalam Islam ilmu diharapkan memberikan implikasi/dampak ke hal yang positif/bermanfaat, dan jika tidak ada implikasi berarti ilmu dikatakan tidak bermanfaat.

Dalam Pendidikan Islam ada nilai;
·        Ilahiah; Ketuhanan
·        Insaniah; Kemanusiaan untuk menjunjung harkat martabat

Islam sangat menghargai nilai tetapi dunia barat tidak mengakui nilai karena menurut dunia barat, di dunia ini bersifat provan/hanya urusan di dunia dan dan urusan akhirat seperti yang dikatakan dalam ajaran Islam tidak ada atau bisa juga dikatakan bahwa akhirat bersifat subjektif.

Dalam Pendidikan Islam, didalam diri anak terdapat potensi yang harus dikembangkan yaitu Wujdaniyah, Khissiyah, Aqliyah, Dinniyah dan Taufiqiyah. Maka dalam pengembangannya harus ada keseimbangan antara hubungan dengan Allah, Sesama manusia dan dengan Alam, dan keseimbangan dalam hidup.

Pendidikan sebagai Pengembangan Potensi
Pendidikan sebagai proses pengembangan;
a)      Intelektual. Kapan seseorang punya kecerdasan intelektual ? jawab; pada saat seseorang menghadapi masalah, pilihan dan lain sebagainya.
Contoh; Pada saat pilleg (Pemilihan anggota DPR) maka jika ada caleg, kita akan dapat membedakan mana caleg yang memiliki emosional dan yang tidak memiliki emosional.
b)      Sosial. Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
Contoh; Anak harus berhubungan baik dengan keluarga, pengembangan untuk berbuat baik dengan manusia dan lingkungan
c)      Susila. Dalam diri manusia ada potensi untuk menjauhi sifat amoral/negative.
Contoh; seseorang dapat memilih diantara 2 pilihan yang baik dan yang buruk, maka ia secara bathiniah memilih ke baik
d)      Kemajuan / aktualisasi diri
Contoh; Seseorang ditawari jabatan/sesuatu yang lebih baik maka ia cenderung akan menerimanya.
e)      Emosional

Pendidikan sebagai bimbingan Kedewasaan
Dewasa; Proses pertumbuhan dari remaja ke dewasa.
a)      Psikologis, nalarnya/pemikirannya matang dan semua yang ia lakukan adalah difikirkan terlebih dahulu lebih matang.
Contoh; Ia memilih caleg sesuai nalar dan bukan karena ia diberi uang imbalan
b)      Biologis, Mampu melakukan kegiatan yang bersifat fisiologis secara proporsional
Contoh; pada umumnya seseorang makan nasi, tetapi ia malahan makan gotri berarti ia biologisnya belum dewasa
c)      Sosiologis, Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mampu mengenal kode etik hidup social
Contoh; Saat tetangga punya/terkena musibah, tetapi ia malah membunyikan nyanyian dangdut yang suaranya sangat keras  sehingga mengganggu ketenangan umum berarti ia sosiologisnya rendah
d)      Paedagogis, punya kesadaran hak dan kewajiban, mampu mendidik dirinya sendiri terhadap hak dan kewajiban untuk bertanggung jawab atas perbuatannya
e)      Religius; mengamalkan nilai ajaran agamanya

ANALISIS DASAR DAN TUJUAN PENDIDIKAN
Dasarnya;
a)      Ideal;
-        Al-Qur'an
-        Sunnah nabi/ hadits
-        Maslahah mursalah
b)      Operasional;
-        Historis/sejarah, masa lalu dijadikan pedoman untuk arah yang lebih baik
-        Social, berhubungan dengan hukum social
-        Psikologis, berhubungan dengan kejiwaan, contoh; karakteristik guru, karakteristik siswa, sikap dan motivasi
-        Philosofi; hakikat pendidik, kurikulum dan evaluasi
Anak didik adalah makhluk yang sedang mengalami perkembangan dan pertumbuhan
Maknanya           anak didik belum sampai pada titik optimal perkembangan
Keinginan kita sebagai guru tidak sama / belum tentu sama dengan keinginan anak didik
Ø  Anak didik sebagai objek karena sebagai transfer of knowledge
Ø  Anak didik sebagi subjek karena
-        Anak didik bukan sebuah botol kosong
-        Anak didik bukan barang mati tetapi makhluk hidup yang berkembang terus dan memiliki kebutuhan
-        Anak didik bukan miniatur orang dewasa

HAKIKAT ANAK DIDIK
Sebaai manusia pemncari ilmu pengetahuan Imam al Ghazali mengatakan
ﺍﻦﺍﻟﻧﻓﺲﺍﻦﻛﻤﻟﺖﻮﻛﺎﻧﺖﻛﺎﻤﻟﺔﺣﺴﻧﺔﺍﻓﻌﺎﻞﺍﻟﺒﺪﺍﻥﻮﻛﺎﻧﺕﺣﺴﻧﺔ
Sifat anak didik
Harus memiliki semangat;
Ø  ﺘﺨﻟﻳﺔﺍﻟﻧﻓﺲ  Mengosongkan diri dari perilaku tercela
Ø  ﺘﺣﻟﻳﺔﺍﻟﻧﻓﺲ  Menghiasi dengan perilaku terpuji
Ø  Harus punya sifat ulet, tabah dan sabar
Ø  Bertekad belajar hingga akhir hayat
Ø  Memahami nilai ilmiah dari ilmu yang dipelajari

Hakikat makna kurikulum
Segala usaha untuk mencapai tujuan pendidikan di luar maupun didalam sekolah.
Yang berkaitan dengan sumber pembelajaran diluar kelas (diantaranya lingkungan, pabrik, orang tua, teman, tetangga, acara televisi, radio ).
Hakikat kurikulum merupakan landasan yang digunakan pendidikan untuk membimbing anak didik mencapai tujuan yang diinginkan oleh lembaga tersebut.
Rambu-rambu dalam kurikulum berisi;
·        Berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai dengan pembelajaran
·        Harus memuat pengetahuan/ data-data keilmuan, informasi yang dapat berupa buku, majalah, yang kemudian dituangkan dalam bentuk mata pelajaran yang dirumuskan dalam silabus
·        Adanya metode panyampaian mata pelajaran, sebaiknya penggunaan metode yang fleksibel (sesuai dengan kebutuhan mata pelajaran)
·        Adanya system penilaian
Sebaiknya guru melihat cacatan materi pelajaran pada siswa yang berfungsi untuk melihat seberapa jauh minat, keinginan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Dasar-dasar kurikulum pendidikan islam
1.      Asas religiusitas, komponennya diantarannya Iman, Islam dan Ihsan
Iman, Kita tidak hanya dengan mengucapkan iman saja tetapi bagaimana kita mengilhami makna Iman bahwa kita mempercayai Allah itu harus diiringi dengan perbuatan yang baik, dan dengan keimnanan siswa didiki diharapkan mampu meniru dalam bentuk perbuatan sesuai dengan sifat Allah sesuai dengan kadar kemanusiaannya
Islam, dapat dilihat dari syahadatnya. Makna syahadat; 1) Asyhadu an la ilaha illa Alah; kita harus mengesakan Allah dan tidak mengesakan dengan yang lain contoh kita terjebak dengan kekayaan, keduniaan sehingga lupa dengan Allah. 2) Wa asyhadu anna Muhammad ar-Rasulullah seharusnya idola kita adalah Nabi Muhammad buka kepada artis. Maka sudah seharusnya kita meniru kepada perilaku / akhlak Nabi  dan bukan hanya dalam bentuk pakaian saja, memanjangkan jenggot dll.
Tujuan agama adalah membentuk akhlakul karimah, maka orang yang beragama harus memiliki akhlak yang baik sehingga dalam kita berbuat selalu berhati-hati.
Ihsan, kita yakin bahwa allah itu melihat kita kapanpun, dimanapun kita berada.
An ta’buda Allahu ka’aanaka tarroohu fain lam takun taroohu fainnahu  yarooka
Kita menyembah Allah seolah-olah Allah berada didepan kita, jika engkau tidak melihat Allah maka yakinlah bahwa Allah melihatmu.
Ketika kita mengajar, berkumpul dengan keluarga, dengan siapapun maka yakinkan bahwa kita dilihat oleh Allah dan Allah berada didepan kita,
Makna Ihsan; terciptanya akhlakul karimah.
Ketika kita membangun kurikulum Islam maka kita harus mendasarkan asas Iman, Islam dan Ihsan yang lebih megutamakan perilaku positif.
Normatifitas, norma yang tidak dapat diubah contoh kewajiban sholat dzuhur 4 rakaat bukan 3 rokaat. Aturan thawaf adalah mengelilingi ka’bah dan bukan pada candi Borobudur.
Historysitas , bagaimana hukum sa’I yang pada akhir-akhir ini tempat / jalan sa’I diperlebar ? padahal zaman rasulullah tidak seperti itu. Melempar jumrah dahulu kepada tugu tetapi saat ini diubah menjadi / ditutup dengan tembok. Tetapi pembangunan tembok itu demi kemaslahatan akibat tragedy lempar jumrah.
Latar belakang perlunya asas keagamaan dalam kurikulum
a.      Agar anak didik selalu berada dalam kesucian (fitrah)
b.      Anak didik dapat memiliki akhlakul karimah
c.      Agar nilai-nilai edukatif dapat ditanamkan
2.      Filosofis,
a.      Ontologis, menyangkut masalah
-        Kewilayahan, ruang lingkup keilmuan Islam selalu ganda (selalu berhubungan dengan factor lain) dunia dan akhirat, maka tanggungjawab orang yang berilmu bukan hanya didunia saja melainkan sampai ke akhirat,. Barat mengatakan bahwa wilayah keilmuan itu hanya satu yang bersifat profan (keduniaan)/segala sesuatu hanya diukur dengan materi.
-        Eksistensi, keberadaan bahan ajar yang diajarkan oleh guru menurut islam bersumber dari Allah, maka dalam kita mengajarkan ilmu tidak boleh berlawanan dengan akhlak Allah. Contoh; belajar menciptakan nuklir untuk kemanusiaan / kemaslahatan maka ini sesuai dengan akhlak Allah tetapi jika kita buat BOM maka ini menyimpang dari sifat Allah karena Allah tidak cinta kepada kerusakan.
b.      Epistimologis yaitu cara studi / mencari kebenaran keilmuan. Kita yakin Bahwa Allah tidak akan semena-mena maka kita yakin bahwa kitab Allah itu benar keberadaannya. Contoh, politik yang keluar dari Islam maka itu jelas menyimpang, contoh terbaru Boediono (cawapres SBY) dianggap tidak agamis, maka ia dianggap sebagai orang non muslim. Maka kita sebagai orang Islam dalam berbuat selalu berpegang pada nilai-nilai al-Qur’an
c.      Aksiologis, berhubungan dengan nilai.
-        Illahiyah, berhubungan dengan wahyu (qur’an, hadits)
-        Insaniyyah, berhubungan dengan kebudayaan/norma kemanusiaan contoh memukul orang yang tidak salah maka itu melanggar nilai insaniyyah karena didalam alqur’an tidak ada perintah seperti itu.
-        Alamiyah, berhubungan dengan alam. Contoh  mengekploitasi air yang melebihi rambu-rambu itu melanggar,  jika semua orang membangun rumah kaca maka akan berakibat menipisnya lapisan ozon yang akhirnya mengakibatkan pengikisan pantai (abrasi).
-         
3.      Social, mengapa? Karena anak didik, guru, lingkungan adalah makhluk social. Jika kita menafikan kurikulum pendidikan islam harus ada asas social, karena kita harus;
-        Mampu berkomunikasi dengan siapapun
-        Mampu bekerjasama / menyesuaikan diri dengan lingkungan lain
-        Mampu merasakan perasaan orang lain
Ciri-ciri pendidikan islam
1.      Mengedepankan akhlakul karimah
2.      Tawazun,
3.      Mengacu pencapaian tujuan akhir (taqarrub illa Allah)
PRINSIP-PRINSIP KURIKULUM
1.      Fitrah
a.      Ruhiyyah
b.      Qolbiyyah
c.      Aqliyyah
d.      nafsiyyah